Monday, November 26, 2012

Bangsa Siluman

Bangsa siluman tidak sama dengan mahluk jadi-jadian yang sering merubah wujudnya menyerupai manusia atau menyerupai mahluk halus lain dengan maksud menipu. Mahluk jadi-jadian biasanya adalah bangsa jin kelas rendah yang suka mengganggu dan menakut-nakuti manusia. Bangsa siluman disini asal-usulnya adalah sukma manusia, yang karena sesuatu sebab, mungkin karena kutukan kemudian wujudnya berubah menjadi sosok lain, atau mungkin karena kekuatan ilmunya sehingga sifat energinya berubah menjadi seperti bangsa jin, yang tidak lagi sama dengan sifat energi sukma manusia pada umumnya. Bagi yang hanya berubah wujudnya saja, maka sifat energinya masih sama dengan sukma manusia. Bila yang berubah adalah sifat energinya, maka bila keberadaan energinya kita rasakan dengan telapak tangan, maka rasanya tidak lagi seperti asap atau gerakan angin seperti layaknya sukma manusia, tetapi sama seperti bila kita merasakan keberadaan energi jin atau dedemit, yaitu lebih padat terasa, ibaratnya seperti menggerakkan tangan di dalam air. Beberapa contoh siluman : 1. Sosok Ibu Kanjeng Ratu Kidul. Menurut sejarahnya, Ibu Kanjeng Ratu Kidul dulunya adalah seorang putri bangsawan bupati, yang hidup jauh sebelum jaman Ken Arok dan Singasari, yang mengalami penindasan dan kezaliman dalam hidupnya. Dengan tujuan memperoleh kesaktian untuk menuntut balas, beliau bersama adiknya melakukan laku prihatin dan tapa brata. Setelah segala kesaktian diperoleh dan berhasil menuntut balas, beliau bersama dengan adiknya itu, dengan kekuatan ilmunya mereka moksa, masuk ke alam gaib bersama dengan raga mereka. Di alam gaib, bersama dengan para pengikutnya, mereka membangun kerajaan gaib. Ibu Kanjeng Ratu Kidul berkuasa terutama di sepanjang pantai selatan pulau jawa, dari ujung timur sampai ujung kulon. Posisi kerajaannya + 10 km sebelah selatan pantai Parang Tritis, Yogyakarta. Ibu Kanjeng Ratu Kidul sering dikatakan sebagai mahluk siluman. Beliau, karena kekuatan ilmunya, kondisi sifat fisik energinya berubah menjadi seperti sifat fisik energi bangsa jin, tidak lagi sama dengan sifat fisik energi sukma manusia pada umumnya. Tetapi sosoknya tidak berubah, tetap masih sesuai aslinya, cantik seperti putri keraton. Jadi yang berubah hanya sifat energi dari sukmanya saja, tidak lagi sama dengan sifat energi sukma manusia pada umumnya, sedangkan sosoknya tidak berubah. (baca juga : Ibu Kanjeng Ratu Kidul). 2. Sosok Buaya Buntung dan Ular Buntung Tak Berekor. Sosok gaib buaya buntung dan ular buntung tak berekor biasanya berasal dari sukma manusia yang dahulu semasa hidupnya berambisi mengejar kesaktian kanuragan maupun kesaktian gaib yang kesaktian tersebut saat diperoleh terkait hubungan dengan gaib tertentu. Tetapi manusia tersebut mati karena kalah dalam suatu pertarungan. Kemudian sukmanya berubah menjadi buaya buntung atau ular buntung. Ekor yang buntung menjadi tanda bahwa dahulu mereka mengalami kekalahan dalam suatu pertarungan. Bila dahulu ilmu kesaktiannya berhubungan dengan mahluk gaib yang berdiam di air, maka kemudian sosoknya berubah menjadi buaya buntung. Bila dahulu ilmu kesaktiannya berhubungan dengan mahluk gaib yang berdiam di darat, maka kemudian sosoknya berubah menjadi ular buntung. 3. Sosok Manusia Setengah Ular dan Siluman Kerbau. Sosok manusia dengan pinggang ke bawah seperti ular dan siluman kerbau biasanya berasal dari sukma manusia yang dahulu semasa hidupnya berambisi mengejar kesaktian kanuragan maupun kesaktian gaib yang kesaktian tersebut saat diperoleh terkait hubungan dengan gaib tertentu. Bedanya dengan buaya buntung dan ular buntung, manusia tersebut tidak mengalami mati karena kalah dalam suatu pertarungan. Tetapi setelah kematiannya, sukmanya berubah menjadi sosok setengah manusia setengah ular atau menjadi siluman kerbau. 4. Sosok Buaya Putih dan Siluman Kera. Sosok gaib buaya putih dan siluman kera biasanya berasal dari sukma manusia yang dahulu semasa hidupnya berambisi mengejar kekayaan dengan cara pesugihan atau menjalani ilmu gaib tertentu untuk kekayaan. Setelah kematiannya, sukmanya berubah menjadi buaya putih atau siluman kera. Bila dahulu kekayaannya berhubungan dengan mahluk gaib yang berdiam di air, maka kemudian sosoknya berubah menjadi buaya putih. Bila dahulu kekayaannya berhubungan dengan mahluk gaib yang berdiam di darat, maka kemudian sosoknya berubah menjadi siluman kera. Sebagai catatan, banyak mahluk gaib yang sosoknya serupa dengan sosok siluman seperti disebutkan di atas. Jadi walaupun sosoknya sama dengan sosok-sosok di atas, belum tentu dia adalah bangsa siluman, karena banyak sosok gaib, biasanya bangsa jin, yang wujudnya mirip dengan sosok-sosok di atas. Jadi yang dimaksudkan siluman di sini adalah sosok-sosok gaib yang asli merupakan bangsa siluman, yang dulunya adalah manusia. Contoh mahluk gaib yang sosoknya mirip dengan contoh di atas adalah Nyi Blorong, yang wujudnya adalah manusia perempuan dengan bagian pinggang ke bawah seperti ular. Nyi Blorong adalah asli bangsa jin. Asalnya dari sebuah gunung di Jawa Barat. Dahulu pernah bertarung dengan Ibu Ratu Kidul untuk memperebutkan kekuasaan di pantai selatan jawa dan wilayah jawa tengah dan jawa timur. Tetapi dia kalah. Atas seizin Ibu Ratu Kidul, Nyi Blorong bertempat tinggal dan berkekuasaan di Pantai Karang Bolong dan sekitarnya (Cilacap, Jawa Tengah). Nyi Blorong ini berwatak jahat. Untuk mencari pengikut, dia memberikan kesaktian dan jasa pesugihan kepada manusia yang memintanya, yang kemudian setelah orang tersebut meninggal atau tidak mampu memenuhi perjanjian, akan dijadikan tumbalnya atau dijadikan budaknya. --------------------- Dalam tulisan di halaman ini Penulis menuliskan fenomena wujud roh manusia / arwah dari seseorang yang sudah meninggal yang berubah tidak lagi sama seperti wujud manusia aslinya. Ada yang berubah menjadi siluman kera, siluman kerbau, buaya putih, dsb. Itu terjadi selain mungkin karena adanya kutukan atas perilaku dan perbuatan seseorang semasa hidupnya, juga karena sifat perwatakan manusia itu sendiri semasa hidupnya, sehingga setelah meninggal rohnya berubah wujud menjadi sejenis siluman, yang tidak sama lagi dengan jenis-jenis sukma manusia yang umum. Seperti yang sudah dituliskan di halaman sebelumnya, sosok-sosok mahluk halus di alam gaib adalah menggambarkan perwatakannya yang sesuai dengan perwujudannya masing-masing. Sekalipun seorang manusia tidak berhubungan atau tidak pernah meminta bantuan kepada suatu gaib tertentu, tetapi fenomena siluman seperti di atas tetap dapat terjadi. Dan seseorang yang kemudian sukmanya berubah menjadi siluman, yang menentukan wujud sukmanya akan menjadi seperti apa, bukan hanya perbuatannya, tetapi juga watak manusia itu sendiri. Ini adalah fenomena kegaiban dalam hidup yang tidak semua manusia mengetahui dan percaya kebenarannya. Tidak ada cara lain untuk percaya kecuali mengalaminya sendiri. Contohnya, siluman monyet / kera adalah menggambarkan watak manusia yang rakus, tamak dan serakah dan akan melakukan apapun cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, termasuk dengan perbuatan-perbuatan yang tercela. Sekalipun semasa hidupnya tidak pernah berhubungan atau meminta bantuan kepada gaib manapun, juga tidak pernah menjalani pesugihan, tetapi tetap saja dapat terjadi bahwa kemudian seseorang berubah menjadi monyet / kera karena adanya kutukan akibat perbuatan-perbuatannya semasa hidupnya atau karena sifat perwatakannya sendiri. Setelah sosoknya berubah menjadi monyet / kera, dia tidak dapat tinggal di dalam komunitas sukma manusia, tetapi tinggal di dalam komunitas monyet / kera. Apa rasanya setelah tinggal di dalam kawanan monyet / kera, kemudian dia kawin dengan monyet lain dan beranak-pinak, padahal di dalam jiwanya dia sadar bahwa dia adalah manusia, bukan monyet. Ditambah lagi dengan didengarnya adanya ucapan-ucapan manusia yang mengatakan bahwa kawanan monyet tersebut adalah berasal dari sukma manusia yang semasa hidupnya menjalani pesugihan. Fenomena-fenomena gaib seperti di atas memang benar terjadi, dan sebaiknya jangan hanya kita jadikan bahan bacaan atau cerita saja, karena kejadian-kejadian di atas dapat juga terjadi pada diri kita. Tulisan mengenai bangsa siluman ini seyogyanya memberikan kita suatu kebijaksanaan dalam hidup, kebijaksanaan dalam berperilaku dan menjaga moral yang baik. Berbagai agama, kebatinan dan spiritual pun mengajarkan supaya manusia menjadi pribadi yang baik dan berbudi luhur. Kehidupan beragama dan segala laku amal dan ibadah seharusnya menjadikan pribadi yang baik, ahklak yang baik, jangan hanya sekedar menekankan pada kerajinan beribadah formal atau ke-Aku-an beragama saja. Agama mengajar manusia supaya selalu bersyukur dalam hidupnya. Agama tidak melarang seseorang menjadi kaya, tetapi sifat sombong, tamak dan serakah itu yang harus dihindari.


link 

No comments: